Kalau lo pikir God of War (2018) cuma soal ngebantai monster dan dewa-dewa, lo salah besar, bro. Di balik semua aksi brutal dan dunia mitologi yang keren, ada satu inti cerita yang bikin game ini beda dari seri sebelumnya: hubungan antara Kratos dan Atreus, ayah dan anak yang sama-sama belajar jadi pribadi yang lebih baik.
Serius, ini bukan cuma soal ngelawan Baldur atau nyari Jötunheim. Ini tentang gimana dua karakter ini berkembang sepanjang perjalanan mereka. Yuk, kita bahas lebih dalam.
- Kratos yang Berubah: Dari Dewa Pemarah ke Ayah Bijak
Inget Kratos yang dulu? Dewa perang brutal, emosian, dan selalu main hajar? Di God of War (2018), dia berubah 180 derajat. Sekarang dia udah jadi ayah. Tapi bukan berarti dia langsung jago ngurus anak. Justru di sinilah menariknya.
Kratos berusaha jadi sosok ayah yang tegas tapi juga melindungi. Dia gak banyak ngomong, tapi tiap kata yang keluar selalu bermakna. Dia ngajarin Atreus gimana caranya bertahan hidup, gimana menghadapi dunia yang kejam, dan gimana mengontrol emosi.
Tapi ya, Kratos juga masih bergumul sama masa lalunya. Dia gak mau Atreus jadi seperti dirinya dulu—penuh amarah dan dendam. Makanya, dia selalu bilang: "Jangan jadi dewa, jadi manusia yang baik."
- Atreus: Anak Kecil yang Gak Biasa
Atreus bukan bocah biasa. Selain pinter berburu dan ngerti bahasa binatang (iya, serius), dia juga punya kekuatan terpendam. Tapi yang bikin dia spesial bukan cuma itu.
Di awal cerita, Atreus masih polos dan sering nanya-nanya hal konyol. Tapi semakin jauh perjalanan, dia mulai berubah. Dia jadi lebih percaya diri, kadang terlalu percaya diri, bahkan sempat ngeremehin ayahnya sendiri.
Ada satu titik di game di mana Atreus tahu siapa dia sebenarnya—dan itu ngubah sikap dia drastis. Tapi seiring waktu, dia belajar banyak. Dia sadar kalau kekuatan harus diimbangi sama tanggung jawab dan rasa empati.
- Dinamika Ayah dan Anak yang Realistis Banget
Hal yang bikin hubungan Kratos dan Atreus berasa "real" adalah karena interaksi mereka gak selalu mulus. Kadang mereka saling diem-dieman, kadang adu mulut, kadang juga ada momen haru yang bikin lo pengin peluk mereka berdua.
Lo bisa lihat gimana Kratos belajar pelan-pelan buat buka diri, dan gimana Atreus berusaha ngerti ayahnya yang keras kepala. Momen kecil kayak Kratos ragu buat nepuk punggung Atreus, tapi akhirnya berani, itu udah cukup bikin hati nyesek.
Cerita mereka nunjukin kalau hubungan ayah-anak itu gak instan. Butuh waktu, komunikasi, dan kepercayaan. Dan di game ini, semua itu ditampilkan dengan sangat natural.
- Faye: Sosok Ibu yang Tak Terlihat Tapi Sangat Berpengaruh
Walau udah meninggal di awal game, Faye (istri Kratos dan ibu Atreus) punya peran besar banget dalam perjalanan ini. Keinginan terakhir Faye untuk menaburkan abunya di puncak tertinggi sembilan dunia jadi alasan utama mereka memulai petualangan ini.
Tapi ternyata, semua itu udah dirancang oleh Faye dari awal. Dia tahu siapa Atreus sebenarnya, dia tahu apa yang akan dihadapi Kratos, dan dia sengaja bikin semuanya terjadi dengan cara yang halus tapi kuat. Sosok Faye mungkin gak banyak tampil, tapi jejaknya ada di sepanjang game.
- Dari Permusuhan ke Kebersamaan: Momen yang Bikin Mewek
Beberapa momen paling kuat di game ini justru datang dari dialog kecil. Contohnya:
-
Saat Kratos akhirnya manggil Atreus dengan sebutan “anakku” dengan nada yang hangat.
-
Waktu Atreus bertanya kenapa Kratos gak pernah cerita masa lalunya.
-
Momen di akhir game saat mereka akhirnya nyampe Jötunheim dan tahu kebenaran tentang Atreus (dan ibunya).
Semua itu bikin perjalanan ini berasa lebih personal. Lo gak cuma ngebunuh monster demi misi. Lo ikut merasakan perkembangan hubungan antara dua karakter yang punya luka masing-masing.
- Kenapa Cerita Mereka Jadi Nilai Plus di God of War (2018)?
Game ini sukses bukan cuma karena mekanik dan grafisnya, tapi karena ceritanya yang menyentuh. Dalam industri game, hubungan karakter sering kali cuma jadi tempelan. Tapi di sini, Kratos dan Atreus adalah inti dari semuanya.
Kisah mereka ngajarin tentang:
-
Pentingnya komunikasi dalam keluarga
-
Bagaimana masa lalu bisa memengaruhi masa depan
-
Proses menjadi orang tua yang baik, meski punya masa lalu kelam
-
Bahwa jadi kuat itu gak cukup, kita juga harus punya hati
Kesimpulan: Cerita Ayah dan Anak yang Bikin Game Ini Ikonik
God of War (2018) adalah bukti kalau game gak harus selalu tentang aksi dan efek keren. Cerita bisa jadi pondasi utama, dan hubungan Kratos–Atreus adalah contohnya. Dari awal yang canggung sampai akhir yang mengharukan, mereka bikin lo ngerasa ikut tumbuh bareng.
Kalau lo main game ini, lo gak cuma diajak bertarung. Lo juga diajak buat ikut dalam perjalanan emosional yang dalam dan penuh makna. Gak heran kalau banyak gamer yang bilang, ini bukan cuma game—ini adalah pengalaman.